a:hover { color: #000fff; text-transform: uppercase; font-weight: bolder; font-size: 15px; background-image: url(http://i909.photobucket.com/albums/ac297/heryymanjala/th_stars1.gif);

PROFIL

Kehadiran mereka "anak difabel" dipandang sebelah mata oleh sebagian orang. Bahkan, tak jarang kurang begitu diharapkan di lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat/ sosial. 

Mereka adalah para penyandang difabel. Seringkali para penyandang cacat itu mendapat perlakuan diskriminatif dan dianggap merepotkan. 

Kondisi ini tentunya tak boleh dibiarkan. Apalagi, jumlah mereka cukup besar. Kementerian Kesehatan mencatat, pada 2011 diperkirakan jumlah penduduk dengan difabel mencapai 3,11 persen dari populasi penduduk. 

Kurang lebih totalnya ada 6,7 juta jiwa. Tetapi, bila merujuk pada standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) PBB, jumlahnya bisa membengkak menjadi 10 juta jiwa. Ini lantaran, definisi dan kriteria penyandang difabel itu lebih ketat.

Menurut Guru Besar Fakultas Syariah Universitas Afrika Internasional, Sudan, Prof Ismail Muhammad Hanafi, para penyandang difabel tersebut—termasuk para orang lansia dan jompo—memiliki hak yang sama sebagai warga negara. 

Karena itu, dalam makalah yang berjudul “Daur ad-Daulah fi Ri’ayat Dzawi al-Hajat al-Khassah fi al-Islam”, Hanafi mengatakan negara memiliki tanggung jawab dan kewajiban untuk memerhatikan dan mengurus mereka.

Menurut dia, Islam memandang para penyandang difabel sebagai entitas yang wajib diperhatikan karena beberapa alasan kuat. Paling mendasar ialah atas nama kemanusiaan. Satu fakta yang tak bisa dimungkiri bahwa mereka sama-sama makhluk Allah SWT yang wajib dihormati. Apalagi, para penyandang tersebut juga manusia yang dimuliakan oleh Allah. “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam.” (QS al-Israa [17]: 70).

Pentingnya kasih sayang dan memuliakan sesama ini juga ditekankan oleh Rasulullah. Dalam sebuah hadis riwayat Abu Dawud, Nabi menegaskan bahwa mereka yang saling mengasihi akan disayang oleh Allah. Karenanya, hendaklah saling menebar kasih sayang untuk segenap penduduk bumi agar para penghuni langit berbalik mengasihi mereka.

Para penyandang difabel yang berusia sekolah selayaknya juga mendapatkan pendidikan yang sama dengan masyarakat umum, SLBN 1 Bantul Yogyakarta merupakan salah satu tempat belajar yang terdapat di wilayah Jogjakarta menghimpun teman teman yang beragama Muslim juga, di tempat ini hampir 80% beragama Islam.

Tidak salah apabila kami membuat comunitas di sekolahan kemudian kami membuat blog seperti ini untuk berbagi informasi dan tentang dunia ke Islaman.
Semoga Blog ini dapat berkembang dan bermanfaat bagi kita penyandang difabel maupun untuk umum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar